SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA :D

HALOOO.....

Nama Saya YULIO ZAKI KURNIAWAN

Dari UNIVERSITAS GUNADARMA

Kelas 1IA15

Jurusan Teknik Informatika'17

Jumat, 08 Juni 2018

Apa Sih Culture Shock Itu? 😮😮😮


Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan oleh tokoh antropologis Oberg.


Menurutnya, culture shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang mengendap yang muncul dari kehilangan semua lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk didalamnya seribu satu cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya: bagaiman untuk memberi perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana kita tidak perlu merespon. Deddy Mulyana lebih mendasarkan cultural shock sebagai benturan persepsi yang diakibatkan penggunaan pesepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami. Di indonesia cultural shock sering disebut dengan istilah gegar budaya di mana seseorang mengalami goncangan perasaan (kecemasan) yang diakibatkan oleh perbedaan nilai kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan pola nilai kebudayaan yang sudah di anutnya sejak lama.

Efek dari culture shock beraneka macam. Mulai dari merasa cemas, kesepian, cepat marah, tidak nyaman, hingga homesick.
Ada 4 fase penyesuaian diri kita ketika memasuki dunia yang baru:
1. Honeymoon Phase
Honeymoon Phase adalah sebuah fase dimana anda akan sangat menyukai apa yang anda alami di tempat baru anda. Anda akan menyukai bagaimana orang-orang lokal sangat sopan terhadap anda, menyapa dengan ramah, dan semua terasa indah bagai mimpi jadi nyata.

2. Negotiation Phase
Fase ini adalah fase dimana anda akan mulai merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekitar anda. Biasanya kendala bahasa adalah masalah utama. Anda mulai merasa cemas karena orang-orang di sekitar anda berbeda dengan orang-orang di lingkungan asal anda. Anda akan mulai merasa homesick dan ingin kembali ke tempat semula.

3. Adjustment Phase
Fase ini biasanya dimulai setelah 6-12 bulan tinggal di daerah baru. Anda akan mulai bisa menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Semua akan mulai terasa lebih “normal” bagi anda. Anda merasa lebih bisa menyatu dengan lingkungan anda. Anda tidak lagi merasa berbeda dengan orang-orang di sekitar anda.

4. Mastery Phase
Pada fase ini anda sudah merasa sangat nyaman dengan pola kehidupan baru anda. Meskipun sudah nyaman dan terbiasa, bukan berarti anda sepenuhnya berubah. Anda tetap akan membawa ciri khas budaya asal anda, seperti aksen bicara, logat, kebiasaan, dan lainnya.

Meskipun adaptasi adalah sebuah kemampuan yang sangat penting bagi kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, beberapa orang memilih untuk bertahan dengan budaya asalnya dan menganggap budaya tempat tinggal baru mereka sebagai bahaya.

Orang-orang yang bersikap “defensif” ini dengan sengaja menolak untuk membiasakan diri dengan budaya baru tempat mereka tinggal. Mereka menganggap budaya asal mereka sebagai satu-satunya budaya yang paling benar di dunia. 60% ekspatriat memiliki sikap seperti ini. Mereka tidak hanya akan kesulitan beradaptasi di negara tujuan, tetapi juga akan kesulitan ketika kembali ke negara asalnya.
Beberapa orang (10% dari seluruh ekspatriat) mampu beradaptasi sepenuhnya dengan budaya di negara tujuan. Mereka pada umumnya menetap di negara tersebut.
30% dari jumlah total ekspatriat berada di tengah-tengah, Kelompok ini mau menerima budaya lokal yang mereka anggap baik. Orang-orang di grup ini mampu beradaptasi dengan baik dan tidak akan mengalami masalah adaptasi jika mereka harus berpindah-pindah negara. Mereka juga tidak akan mengalami masalah ketika kembali ke daerah asal.

Bagaimana Cara Mengatasi Culture Shock?

Lalu, bagaimana agar tidak mengalami depresi akibat culture shock ketika kuliah di Universitas Gunadarma atau kampus lainnya? Cara paling mudah adalah dengan mempelajari dengan baik tempat tujuan anda. Cari tahu tentang daerah tujuan anda, tanya kepada yang sudah pernah tinggal di sana, atau cari informasi dari internet.

Cara terbaik untuk mendapatkan teman adalah dengan humor. Tapi ingat untuk mempelajari budaya daerah lain terlebih dahulu sehingga humor anda tidak menyinggung perasaan orang lokal.
Pelajari tempat-tempat penting seperti supermarket, rumah sakit, kantor pos, restoran, dan lain-lain di daerah anda. Mengetahui posisi tempat-tempat umum sangat penting, terutama jika anda belum terlalu mengenal daerah kampus anda yang baru.
Aktif dalam kegiatan kampus.  Anda akan selalu diterima dalam aktivitas apapun. Saya termasuk mahasiswa yang cukup rajin bermain di kampus. Dari sana saya mendapatkan lebih banyak teman, sehingga proses adaptasi saya jauh lebih mudah.
Sering berkumpul dengan teman yang berasal dari daerah lain. jika anda sering berkumpul dan bermain bersama teman anda yang berasal dari daerah lain, anda akan otomatis mengerti perbedaan logat, sikap dan tingkah laku. Hal ini juga dapat memberi anda ilmu budaya baru secara tidak langsung.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar